Kepala Satuan Polisi Air Polres Garut,
AKP Tri Andri, mengatakan kedua wisatawan tersebut terseret ombak
sekitar pukul 08.00. Keduanya terseret saat bermain di sekitaran bibir
pantai dan mencoba ke tengah di area yang dilarang berenang.
“Dua warga yang terseret ombak adalah
Ade Firmansyah (19) warga Batujajar Padalarang dan Salma (19) warga
Babakan Bandung Padalarang. Keduanya main telalu ke tengah sehingga
akhirnya tergulung derasnya ombak pantai Santolo yang memang sangat
kencang,” ujarnya, Jumat (1/1).
Tri mengatakan, pihaknya bersama tim
dari Basarna dan nelayan sekitar sudah berupaya melakukan pencarian,
baik di sekitar pantai hingga tengah laut. Hingga berita ini diturunkan,
dua wisatawan asal Bandung yang tergulung ombak tersebut belum dapat
ditemukan oleh tim.
“Kita kerahkan kapal milik Satpolair
juga nelayan dan penyisiran dengan jalan kaki di sekitaran pantai.
Radius pencarian kita difokuskan hingga 5 kilometer kiri kanan dan
lautan untuk lebih memperluas area pencarian,” katanya.
Dua wisatawan Bandung yang tergulung
ombak merupakan kali kedua di masa liburan akhir tahun 2015 dan awal
tahun 2016. Tri menyebutkan, pada Rabu (30/12) empat warga Cirebon pun
sempat tergulung ombak, dan tiga diantaranya berhasil diselamatkan.
“Satu warga ditemukan meninggal oleh tim
pada Jumat (1/1) sekitar pukul 10.00 di tengah lautan sekitar pantai
Karangpapak, atau sekitar 300 meter dari lokasi hilang. Korban sudah
diambil oleh keluarga menuju Cirebon untuk dikebumikan di kampung
halamannya,” sebutnya.
Warga Cirebon yang ditemukan meninggal
diketahui atas nama Wildan Khaerudin (16), warga Blok Desa Lama,
Kelurahan Tukmudal, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon belum ditemukan.
Kejadian terseretnya warga oleh ombak terjadi pada Rabu (30/12)
sekitar pukul 17.00.
“Untuk tiga warga lainnya yang selamat
yakni Muhamad Arip (18), Deri (17) dan Rahmat Iza (17), warga Bumi Asri
Cirebon dan sebelum terseret ombak, keempat warga tersebut sedang
bermain di sekitar Pantai Santolo dan sempat terlalu ke tengah dari
pinggir laut. Padahal sudah ada larangan untuk berenang di laut yang
kami pasang di lokasi-lokasi yang memang sangat membahayakan, tapi tetap
saja ada warga yang memaksakan diri untuk berenang, mungkin lupa diri
karena keasikan,” katanya.
Tri mengaku, rambu-rambu larangan
berenang sudah dipasang petugas di sepanjang pantai selatan. Bahkan
spanduk imbauan agar pengunjung tak berenang sudah banyak terpampang.
“Kebanyakan itu yang berenang baru
pertama kali datang ke laut, padahal sangat berbahaya karena santolo
sangat membahayakan bila dijadikan tempat berenang. Laut Santolo ini
bukan selat, tapi samudera sehingga memiliki arus ombak yang sangat
dahsyat dan bisa menarik orang dengan mudah,” ucapnya.
Di malam pergantian tahun baru dan
libur, lanjut Tri, jumlah pengunjung ke Pantai Santolo dan pantai
lainnya mencapai puluhan ribu orang. Kebanyakan pengunjung sendiri
merupakan wisatawan yang berasal dari luar Garut sehingga tidak
mengetahui karakternya.
“Kami imbau kepada para pengunjung terutama yang dari luar daerah untuk tidak berenang. Kalau mau bermain air cukup dipinggir saja jangan sampai berenang ke tengah,” ujarnya.
sumber: http://www.wartapriangan.com